
Indonesia merupakan pengguna satelit terbesar di Asia. Menkominfo, Johnny J. Plait mengatakan Indonesia memiliki kapasitas satelit terbesar.
Johnny mengatakan Indonesia ingin meningkatkan peluang digital dengan menjadi pengguna satelit terbesar di Asia, mempercepat transformasi digital, dan memastikan akses universal ke Internet. slot gacor
Pemerintah sama-sama mengembangkan infrastruktur digital di seluruh kawasan, bukan hanya satelit.
“Di Indonesia sudah banyak yang terjadi, mulai dari membangun jaringan backbone di darat dan di dasar laut, hingga membangun middle mile berupa koneksi microwave dan fiber optic,” jelas Johnny.
Dia mengatakan saat ini ada satelit terbesar, dua di antaranya 300 Gbps, dan satelit berbasis BTS tersebar merata, termasuk di area 3T.
Kementerian Komunikasi dan Informatika sejauh ini telah melaksanakan pembangunan infrastruktur digital dalam tiga tahap.
Pada lapisan inti, Indonesia saat ini memiliki total panjang jaringan serat optik 45.911 km, termasuk 12.399 km serat optik yang dibangun oleh pemerintah.
Pada tahun 2024, Kemenkominfo akan menggelar tambahan 12.083 km fiber untuk menyatukan jaringan nasional dan internasional yang belum terkoneksi.
Tingkat menengah memiliki jaringan sembilan satelit, tautan gelombang mikro, dan tautan serat optik untuk mendukung kebutuhan telekomunikasi dan digital.
Tier ini juga didukung oleh satelit high-throughput 2×150 GHz yaitu Satria 1 dan Hot Backup Satellite (HBS). Kapasitas gabungan adalah 3,00 Gbps.
Terakhir, di last mile dari total 83.218 wilayah pedesaan di Indonesia, pemerintah menutup kesenjangan informasi dengan menggelar BTS 4G di 70.670 wilayah pedesaan.
Dengan ini, jumlah BTS secara nasional akan menjadi 500.000 BTS.
Menurutnya, infrastruktur digital menjadi landasan untuk memberikan akses komunikasi yang lebih luas.
Sebelumnya, Badan Akses Informasi dan Komunikasi (BAKTI) di bawah Komisi Komunikasi dan Teknologi Informasi (CITC) merealisasikan pembangunan satelit senilai Rp 5,2 triliun untuk mendukung satelit Satria-1.
Anang Latif, Presiden Direktur BAKTI, mengatakan jika terjadi anomali saat peluncuran satelit internet berkecepatan tinggi Satria 1, satelit bernama HBS (Hot Backup Satellite) akan bertindak sebagai satelit cadangan.
Penyediaan Satria-1 akan membutuhkan dukungan HBS satelit cadangan jika terjadi anomali atau gangguan saat peluncuran. ,” kata Anang dalam sebuah konferensi.
Anang menjelaskan selain digunakan untuk mendukung Satria 1, satelit HBS juga memiliki tambahan kapasitas internet 80 Gbps. Biaya pembangunan satelit ini sebesar Rp 5,2 triliun.
Anang juga mengungkapkan, akuisisi satelit dilakukan mulai 19 Oktober 2021 hingga 24 Februari 2022. Nusantara Jaya Partnership telah memenangkan tender proyek satelit HBS.
Anang mengatakan HBS akan menggunakan teknologi pabrikan Boeing dan menyebutnya sebagai platform Falcon9 milik SpaceX.
Pembangunan satelit HBS akan dimulai pada kuartal pertama tahun 2022, dengan peluncuran dijadwalkan pada kuartal pertama tahun 2023. Sedangkan satelit cadangan diharapkan dapat beroperasi pada kuartal IV tahun 2023.
Satelit tersebut akan ditempatkan pada bukaan orbit 113 derajat BT, dan tujuh stasiun di Bumi akan berlokasi di kota-kota lain di Indonesia, kata Anang.
Kota-kota yang akan menjadi ground station adalah: Banda Aceh, Bengkulu, Sikarang, Jawa Barat, Gresik, Jawa Timur, Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Kupang dan Nusa Tenggara Timur.
Anang juga menjelaskan bahwa penerima manfaat potensial dari satelit mencakup 93.000 nilai sekolah dari SD, SMP, dan SMA, madrasah dan pesantren. Sektor kesehatan juga mencakup 3.700 puskesmas, rumah sakit dan fasilitas lainnya.
Titik keamanan dan pelayanan publik 3900 titik militer dan poli. Terakhir, layanan Internet kecepatan tinggi satelit HBS diharapkan dapat mendukung pemerintah di 47.900 kantor di kota-kota besar dan kecil. Melalui ini, dimungkinkan untuk menghubungkan desa dan bugus dengan cepat dan lancar.
(komentar/Ysl)