
Menteri Pertanian dan Tata Ruang atau Komisioner Pertanahan, Infrastruktur, dan Transportasi (ATR/BPN) merupakan salah satu dari dua jabatan yang terkena dampak amandemen Presiden Joko Widodo pada Rabu (15/6). Posisi Sufyan Jalil digantikan oleh Mantan Panglima TNI, Marsekal Lapangan (Purn) Hadi Tjijanto.
Dimas Tri Nugroho, Ketua Gerakan Rakyat Girtak Tolak Perwakilan Koruptor, dalam siaran persnya mengatakan, “Langkah Jokowi untuk mengganti pimpinan departemen ATR/BPN sangat kuat. Sudah selayaknya dan cahaya keadilan bagi masyarakat. Orang Indonesia.” Saya menerimanya pada hari Jumat (20-06-17).
Menurut Dimas, kehadiran mantan Panglima TNI seperti Hadi Tjijanto menjadi harapan di tengah sengketa lahan yang sarat mafia. link slot gacor terpercaya
“Kami sangat senang dengan tindakan Jokoi Park. Ini adalah langkah yang membawa keadilan bagi para korban Mafia Bumi,” kata Dimas.
Dimas juga menunggu aksi nyata Hadi Jajanto memberantas mafia tanah dan melakukan reformasi pertanian. Dimas memprioritaskan sengketa tanah di Kakung, Jakarta Timur, karena dituduh merajalela rekayasa dan campur tangan dalam pengelolaan tanah dan oknum pengusaha yang merugikan anak-anak kecil.
Dimas meyakini seorang warga bernama Abdul Halim menjadi korban sengketa lahan di Kakung. Berdasarkan pengakuan Abdelhalim, ia menyurati Presiden untuk membantu kasus tersebut dan melaporkannya ke Mabes Polri, Kejaksaan Agung, dan KPK dengan nomor registrasi 22N2-P1XE0P.
Bhima Yudhistira Adhinegara, Ekonom Pusat Studi Ekonomi dan Hukum (Celios), mengatakan Hadi Tjijanto akan menghadapi empat tantangan sebagai Menteri ATR/BPN yang baru.
Pertama Anda harus membasmi mafia tanah. Kedua, mekanisme land reform harus dievaluasi dan diperbaiki.
Ketiga, lanjut Bima dan Hardy harus menyelesaikan sengketa tanah di berbagai daerah, mulai dari pemerintah dan masyarakat, serta antara swasta dan masyarakat.
“Terakhir, menteri baru juga harus mendukung audit tanah HGU perusahaan sawit yang terbukti melanggar aturan,” pungkas Bima.