
Menjelang berakhirnya Program Pengungkapan Sukarela (PPS), Internal Revenue Service (DJP) mengamati peningkatan tajam dalam pertumbuhan peserta dan pengungkapan kekayaan bersih kepada publik. Ini dibandingkan dengan kinerja bulan lalu.
Ada 8.389 wajib pajak pada Januari, 7.881 pada Februari, 14.294 pada Maret, 9.424 pada April, 16.185 pada Mei dan 32.157 pada 15 Juni.
Dengan demikian, hingga pukul 16.00 WIB hari ini, jumlah peserta PPS adalah 88.330, dan tren serupa terlihat pada jumlah kekayaan bersih dan pajak penghasilan bruto (PPh) yang diserahkan. slot link
Dalam 15 hari pertama Juni, total nilai aset bersih meningkat 304% dari nilai rata-rata Januari hingga Mei.
Nilai rata-ratanya selama lima bulan terakhir adalah Rp 20,7 triliun, sedangkan kekayaan bersihnya pada 15 Juni adalah Rp 83,6 triliun.
Rincian bulanannya adalah Rp 5,9 triliun pada Januari, Rp 9,2 triliun pada Februari, 27,6 triliun rupee pada Maret, 23 triliun rupee pada April, 37,6 triliun rupee pada Mei, dan 89,3 triliun rupee pada bulan ini. ini.
Jadi hari ini total kekayaan bersih pukul 16.00 WIB adalah Rp 192,6 triliun. Sedangkan besaran PPh bulanan yang dibayarkan adalah Rp 653 miliar pada Januari, Rp 947 miliar pada Februari, Rp 2,8 triliun pada Maret, 2,3 triliun pada April, 3,7 triliun pada Mei dan 8,8 triliun pada Juni.
Jadi hari ini pukul 16.00 WIB, total PPh yang disetor di PPS adalah Rp 19,2 triliun.
Namun, Neil menambahkan, penilaian menyeluruh terhadap PPS akan dilakukan setelah masa PPS berakhir dan DJP mengharapkan seluruh wajib pajak untuk berpartisipasi di sisa masa PPS.
Ada banyak manfaat bagi wajib pajak, antara lain tidak adanya undang-undang dari 2016 hingga 2020, pembebasan pajak amnesti 200%, dan data milik publik tidak dapat digunakan sebagai dasar penyelidikan, penyidikan, dan/atau penuntutan pidana.
Neil menyimpulkan, “Saya mendesak wajib pajak untuk segera memanfaatkan program ini ketika ada kesempatan.”
Hal itu disampaikan Dionysius Lucas Hendrawan, Direktur DJP Distrik 1 Jakarta Selatan, pada rapat umum pajak, Senin (6/6) dengan tema “Gotong Royong, Adil dan Setara” yang diselenggarakan oleh Kantor Pelayanan Pajak I Jakarta Selatan. /2022).
Secara umum, pria bernama Lucas ini menjelaskan, dalam program PPSini, Ditjen Pajak Provinsi Jakarta Selatan membagi wajib pajak menjadi empat golongan. Dari 531 wajib pajak peserta PPS, 13 orang dengan nama samaran ‘Crazy Rich’ tercatat berasal dari kalangan kaya di Jakarta selatan untuk bergabung dalam kelompok pertama.
Menurut paparannya, ada 20 wajib pajak lainnya di kelompok kedua. Kemudian 34 wajib pajak masuk dalam kategori ketiga dengan aset mulai dari Rs 50 miliar hingga Rs 500 miliar. Sisanya juga tergolong Golongan IV dengan aset di bawah Rp50 miliar.
Sementara itu, berdasarkan data survei Kanwil DJP Jakarta Selatan pada 5 Juni 2022, sebanyak 531 wajib pajak mengikuti PPS dan sebanyak 608 sertifikat telah diterbitkan.
Terdiri dari total pajak penghasilan Rp 190,228 miliar dan nilai kekayaan bersih Rp 1,9 triliun, deklarasi dalam negeri dan repatriasi Rp 1,8 triliun, investasi Rp 19,875 miliar dan deklarasi luar negeri Rp 88,1 miliar.
Lucas meyakinkan wajib pajak bahwa PPS adalah kesempatan yang ditawarkan oleh wajib pajak untuk mengungkapkan kewajiban yang tidak dilakukan secara sukarela melalui pembayaran pendapatan sesuai dengan pengungkapan aset.
“Untuk itu, Kanwil DJP 1 Namkarta telah memberikan data kepada wajib pajak sebanyak 22.293 kasus yang telah dikirim melalui email kepada wajib pajak. Diharapkan dengan adanya data ini mereka dapat berpartisipasi dalam PPS atau merespon dengan mengubah SPT Tahunan mereka. .. Silahkan.. (SPT) “.
Bagi Wajib Pajak yang ingin mengikuti PPS dilakukan secara online di https://pajak.go.id/pps tanpa harus datang ke KPP. Anda juga dapat pergi ke 1500800 Tax Ring untuk informasi lebih lanjut.
“Mudah-mudahan orang tua menggerakkan bapak untuk melakukan ini. Bapak-bapak sekalian, ‘kesempatan’ itu hanya satu, jadi mungkin tidak setelah akhir Juni (PPS). Saya tidak tahu apakah akan diperpanjang. “Kalau tidak bisa. Tanyakan manajer Anda gubernur dan menteri keuangan. Kami mungkin belum pernah mendengar tentang ekstensi.”