
Jakarta, meyakinkan karyawannya bahwa hutan sosial tidak boleh diabaikan atau diproduksi. Hal itu disampaikan Presiden saat menghadiri acara Social Forest Community Movement (Echo) pada Rabu, 8 Juni 2022, di Lapangan Oma Thani, Kabupaten Batang, Provinsi Jawa Tengah.
Dalam pernyataannya, Rabu, 6 Mei, katanya tidak akan ada yang buruk setelah 10 atau 20 tahun atau lebih.
Menurut Jokowi, hutan sosial berperan penting dalam membuka usaha bagi petani dan individu. Untuk itu, dia meminta jajarannya (dalam hal ini Menteri BUMN dan Gubernur Jawa Tengah) untuk memberikan bantuan terkait administrasi, sarana dan prasarana. slot online
Anda setuju dengan konteks dan undang-undang redistribusi? Madame City, dengarkan dia.”
Untuk itu, ia mengimbau kepada petani dan masyarakat untuk memanfaatkan lahan dengan menanam bahan pokok seperti padi, jagung, borang, dan sorgum.
Mau menanam apa lagi? Jagung? Sekarang, jagung mahal. Borang Saya ingin menanam borang Harganya akan turun up Karena dunia sangat membutuhkannya Saya pergi ke NTT kemarin untuk menanam sorgum. Paling baik untuk menanam sorgum. Tanahnya hanya sangat tipis, yang saya gambarkan sebagai sorgum.
Sementara itu, Siti Fikri, General Manager DPP Gema Perhutanan Sosial Indonesia, mengatakan dalam keterangan tertulis, acara tersebut sebagai bentuk apresiasi atas kebijakan pemerintah. Kebijakan tersebut adalah kebijakan perhutanan sosial, kebijakan KHDPK (Kawasan Hutan Yang Dikelola Secara Khusus), dan kebijakan penyesuaian penguasaan lahan untuk kawasan hutan, khususnya permukiman di kawasan hutan.
“Perhutanan sosial adalah berkah. Itu membuat petani merasa aman, mereka bisa bekerja di hutan, mereka bisa panen. Juga, ada banyak petani di kota dengan lahan pertanian yang terbatas. Mereka mengolah tanah, menanam dan memproduksinya. Ini bagus Ini berkah dan patut kita syukuri,” kata Siti Fikri.
Presiden dan Ibu Negara Iriana Joko Widodo juga didampingi Menlu Pratikno, Menteri BUMN Eric Thohir, Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakkar dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.