
Komisioner Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Jakarta II Liputan6.com bersama penyelenggara pemilu sepakat menaikkan gaji pegawai negeri sipil yang dicalonkan pada Pemilu 2024 menjadi tiga kali lipat dari biaya Pemilu 2019.
Syamsurizal, anggota PPP, wakil ketua Komisi II Republik Demokratik Kongo, mengatakan beban kerja yang berlebihan menjadi penyebab kenaikan bonus.
Syamsuriza kepada wartawan, Selasa (24/5/2022) “Pada acara pengiriman tempo hari, pekerjaannya sangat berat, jadi kami menyepakati orang yang ditugaskan dan kami sepakat untuk tiga kali lipat seperti biasa.” link bolagila
Syamsurizal mengatakan, anggaran Pilpres 2024 senilai Rp 76,6 triliun itu juga mencakup anggaran gaji dinas, anggaran sekunder pilpres, dan penyediaan APB pencegahan Covid-19.
Meski sempat dibicarakan soal kenaikan honorarium pengurus sementara, Panitia II DPR akhirnya mencapai kesepakatan dengan pemerintah dan Kuomintang untuk menaikkan honorarium pengurus sementara tiga kali lipat dari sebelumnya. pemilihan.
Menurut Syamsurizal, kenaikan iuran tersebut wajar mengingat inflasi saat ini juga meningkat dibandingkan 2019. Itu normal untuk tiga kali lipat karena Anda tidak bisa, jadi itu normal untuk semua faksi untuk setuju. ”
Pertemuan bisnis meresmikan apa yang disepakati dalam pertemuan komisioning.
Anwar Hafeez dari Partai Demokrat DPRRI mengatakan, rencana kenaikan honor KPPS menjadi penyebab besarnya alokasi anggaran untuk Pilkada 2024.
“Salah satu unsur anggaran yang besar adalah rencana peningkatan insentif bagi panitia penyelenggara Pemilu 2024,” lapor Antara, saat dihubungi dari Jakarta, Selasa (22/3/22/22).
Anwar menegaskan, ketika meneliti calon KPU RI dengan baik dan nyaman, selalu ditanya bagaimana cara kerja para komisioner untuk meningkatkan insentif panitia ad hoc mereka.
Lee, anggota Komite 2 Perusahaan Rakyat, menjelaskan serikat pekerja telah merasionalkan anggaran sejak awal proposal sebesar 86 triliun rupee. “Tapi pembahasannya masih di tingkat kantor anggaran Republik Demokratik Kongo (Bangar), yang hampir semua fraksi setuju,” katanya.
Soal besaran anggaran, politisi Partai Demokrat itu menegaskan partainya menilai mahalnya biaya demokrasi.
Sebelumnya, anggota KPU Evi Novida Genting Manek mengevaluasi usulan partai untuk menaikkan honorarium petugas KPPS dari Rp 500 ribu menjadi Rp 1 juta karena disesuaikan dengan beban kerja.