
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta terus mendorong kementerian dan dunia usaha (K/L) untuk menggunakan produk dalam negeri (PDN) bagi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) untuk membeli produk dan jasa. Hal ini sesuai dengan arahan Presiden Jokowi yang melarang impor dan pengeluaran untuk produk-produk yang bisa diproduksi di dalam negeri.
Sekjen PUPR (Sekjen) Muhammad pada saat peresmian Kesatuan Usaha Tahap 3 dengan tema “Saya bersama-sama capai pedoman ini bersama mitra Kementerian Kesehatan, Sekjen, Pimpinan, Deputi Bidang Koordinasi (Marvis) dan Sekjen Marga”. Zainal Fateh menjelaskan. Made in Indonesia”, dikutip Sabtu, 6 April 2022 di Jakarta Convention Center (JCC). judi baccarat
Dia menjelaskan, Departemen PUPR telah mengindikasikan telah mencapai penyerapan tenaga kerja untuk produk dalam negeri lebih dari Rp 80,48 triliun. Penganggaran ditonjolkan sebagai bentuk komitmen penuh terhadap program Gerakan Nasional (Jernas) Indonesia (BBI) yang dibanggakan. Alokasi anggaran yang dikeluarkan diambil dari cap atas total anggaran program perlindungan bencana alam tahun 2022, yaitu sekitar Rp 100,5 triliun.
“Hingga 25 Mei 2022, angka tersebut sudah terlampaui,” ujarnya.
Menurut Zainal, kementerian tersebut merupakan salah satu kementerian yang memiliki anggaran besar untuk pembangunan infrastruktur. Realisasi alokasi anggaran untuk produk dalam negeri akan terus meningkat pada tahun 2022. Sehingga secara teknis dapat berdampak positif terhadap ketahanan perekonomian Indonesia.
Meningkatkan mobilitas ekonomi kesejahteraan usaha kecil dan menengah (UMKM). Departemen PUPR juga akan melakukan pengawasan yang ketat untuk meningkatkan penyerapan alokasi anggaran kepada pelaku UMKM.
“Setiap kali saya mengunjungi lokasi pembangunan infrastruktur, khususnya Menteri (Hadimogono Vasuke) selalu mengecek dari mana produksi itu berasal. Misalnya, jika saya punya lampu, saya akan membawanya. Anda akan diperintahkan untuk menggantinya. mereka.”
Zainal mengatakan, Menteri PUPR akan memastikan seluruh rupiah APBN dialokasikan untuk penggunaan produk pertanian lokal.
Itu karena mereka percaya bahwa memanfaatkan produksi lokal membantu menciptakan lapangan kerja. Karena pada akhirnya diharapkan dapat meningkatkan perekonomian nasional.
Upaya ini tentu diapresiasi oleh pelaku industri dalam negeri dan usaha kecil menengah (UKM). Masuknya produk baja impor di sektor konstruksi khususnya industri baja ringan menjadi salah satu penghambat tumbuh dan berkembangnya industri baja nasional.
Diharapkan industri besi ringan akan pulih kembali dengan kebijakan lokalisasi ini.
Stefanos Kweswandy, Vice President PT Tatalogam Lestari (Tatalogam Group), menegaskan peluang ini harus dimanfaatkan oleh pelaku komersial dalam negeri.
“Ini masa transisi dari pandemi ke endemik. Setiap negara mulai menata kembali kehidupannya. Produsen baja dunia juga mulai bermunculan. Oleh karena itu, upaya pemerintah Indonesia untuk melindungi industri di kawasan harus diapresiasi.” Karena jika kita meningkatkan penggunaan produk lokal, perekonomian negara akan pulih kembali,” jelas Stefanos.
Namun Tatalogam Group, salah satu produsen baja ringan terbesar di Indonesia, yang memproduksi genteng metal dan decking lantai untuk rumah instan Domus, memahami bahwa peluang ini harus diimbangi dengan tanggung jawab yang besar. Salah satunya berkaitan dengan kualitas produk yang harus terus ditingkatkan.
Ia mengatakan bahwa “bangga dibuat di Indonesia” harus dimaknai sebagai tantangan untuk menciptakan produk yang lebih inovatif, berkualitas dan kompetitif bagi pengguna maupun produsen.
“Kebanggaan ini harus terus ditingkatkan agar produk buatan Indonesia menjadi lebih inovatif, berkualitas dan berdaya saing. Misalnya di pasar dalam negeri disebut SNI. Baja ringan, apalagi SNI wajib SNI 8399: 2017 Sangat penting dalam kaitannya dengan keselamatan.
“Kita tahu baja ringan sudah banyak digunakan. Sayangnya konstruksi juga ada yang mengalami kegagalan. Misalnya bangunan runtuh. SNI wajib baja ringan bisa mengurangi kerugian material dan korban jiwa. Kemudian, jika ingin bersaing di luar negeri, Suh juga mengatakan, “Standar perlu dinaikkan tergantung pada negara. Kalau kita bertujuan, kita bisa mempromosikan produk Indonesia ke luar negeri juga,” ujarnya.
Menurutnya, Tatalogam terus berinovasi menciptakan produk-produk yang bisa dibanggakan baik di dalam maupun di luar negeri. Jelas, produk baja ringan yang sudah memiliki sertifikat SNI dan sertifikat standar internasional bisa menembus negara lain.